Larangan ‘tuk Bergosip/Berghibah dlm Islam

Pertama2, sy hndk membuka penjelasan ini dgn sebuah “hadits pamungkas” yg bisa menjelaskan ttg hubungan sesama manusia:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ يَعْنِي ابْنَ قَيْسٍ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَوْلَى عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَا تَحَاسَدُوا ، وَلَا تَنَاجَشُوا ، وَلَا تَبَاغَضُوا ، وَلَا تَدَابَرُوا ، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ ، وَلَا يَخْذُلُهُ ، وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا ، وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ ، حَرَامٌ دَمُهُ ، وَمَالُهُ ، وَعِرْضُهُ ” . حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ سَرْحٍ ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ ، عَنْ أُسَامَةَ وَهُوَ ابْنُ زَيْدٍ ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ ، يَقُولُ : سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ ، يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَذَكَرَ نَحْوَ حَدِيثِ دَاوُدَ ، وَزَادَ وَنَقَصَ ، وَمِمَّا زَادَ فِيهِ : إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ
Tlh menceritakan kpd kami Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, tlh menceritakan kpd kami Daud -ykni bin Qais, dari Abu Sa’id maula ‘Amir bin Kuraiz, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Nabi SAW bersabda, ‘Janganlah saling iri hati, saling melakukan tipu daya, saling benci-membenci, saling menjauhi, dan membeli barang (org lain) yg sedang ditawar org lain. Jadilah hamba2 Allah yg saling bersaudara, seorg Muslim dgn Muslim lainnya adalah saudara. Maka dari itu, jgnlah engkau menzaliminya, menelantarkannya, mendustakan dan menghinakannya. Takwa itu letaknya di sini -dan Nabi SAW menunjuk dadanya (maksudnya:takwa itu letaknya d hati), seseorg dianggap jahat klo dia menghina saudaranya sesama Muslim. Seorg Muslim terhdp Muslim yg lain “haram” (maksudnya:suci) darahnya, hartanya, dan harga dirinya.'” Tlh menceritakan kpdku Abu Thahir Ahmad bin ‘Amr bin Sarh, tlh menceritakan kpd kami Ibnu Wahab, dari Usamah -dan dia bin Zaid, bhw dia mendgr Abu Sa’id maula (pembantunya) ‘Amir bin Kuraiz, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, sama seperti hadits d atas tapi ditambah sedikit, ‘Sesungguhnya Allah tdk Melihat bentuk dan badan kamu, tapi Allah Melihat hati, perbuatan, dan amal kamu.'”

(HR Muslim dlm “Shahih Muslim” no.4656; Imam Ahmad dlm “Musnad”-nya no. 7538; Abd bin Humaid dlm “Musnad”-nya no.1449; Baihaqi dlm “Syu’abul-Iman” no.15748; Ibn Abid-Dunya dlm “Dzammul-Ghibah” no.24 dan 25, tapi dgn matan hadits yg dipotong dan pada bagian atas, shahih)

Sanad Muslim keseluruhannya adalah shahih. Imam Ahmad cuma mengambil bagian hingga “…. seseorg dianggap jahat klo dia menghina sesama Muslim. Seorg Muslim terhdp Muslim yg lain “haram” (maksudnya:suci) darahnya, hartanya, dan harga dirinya.'” Syu’abul-Iman no.10388 malah menyebut penambahan Muslim tersebut. Imam Ahmad dari jalur Abdurrazzaq, dari Dawud bin Qais, dari Abu Sa’id maula Abdullah bin ‘Amir, dari Abu Hurairah. Bila sy tengok di sini, Abu Sa’id adalah maula dari Abdullah bin ‘Amir.

Hadits ini juga dikeluarkan dengan jalur yg lain dari Abu Hurarah (ykni dari Katsir bin Zaid, dari Walid bin Rabbah, dari Abu Hurairah), yang diriwayatkan oleh Ibn Abid-Dunya dlm “Dzammul-Ghibah” no.24, tapi sy kira ada beberapa hal yg membuat sanad-nya tdk bisa shahih. Begini, Katsir bin Zaid itu orgnya jujur, tapi dia ada “kelenturan” (layyin) dlm periwayatan hadits. Kalau Walid bin Rabbah, dia memang hasanul-hadits -sebagaimana katanya Imam Bukhari. Karena memang dia hasan, ada hadits2nya d dlm Shahih Bukhari dan Adabul-Mufarrad. Pada Katsir sendiri, ada memang banyak perselisihan. Ibnu ‘Adiy saja berkata, “Sy tdk melihat adanya masalah pada dirinya, sy berharap dia laa ba’sa bihi (tdk mengapa).” An-Nasa’i melemahkannya. Yahya bin Ma’in juga sampai-sampai mengatakan “laisa bi syai’in” (tdk ada apa2nya). Ibnul-Madiniy mengatakan dia itu shalih, bukan org yg kuat. Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakn bhw org ini shaduq, tapi dia itu yukhthi’ (pernah berbuat salah). Ibrahim bin Mundzir al-Hizmiy, dia itu memang tsiqah, shaduq, tapi dikatakan oleh Zakaria as-Saajiy, “‘indahuu manaakir” (di sisi [periwayatan]nya, ada hadits2 munkar). Namun, dikabarkan pula oleh Imam Ahmad bahwa dia pernah bertemu dgn Ibn Abi Dawud pada masa2 fitnah bhw Qur’an itu adalah makhluk. Imam Ahmad mengecamnya dan membicarakannya. Apa karena ini dia di-jarh Imam Ahmad dan Zakaria as-Saaji. Tapi, saya tengok Imam Nasa’i mengatakan dia “laa ba’sa bihi”. Sisa perawi dari hadits ini riwayat Ibnu Abid-Dunya no.24 ini bagus2 semua hadits mereka.

Pada jalur hadits no.25, semua perawinya shahih. Yahya bin Ayyub itu termasuk guru dari Abu Dawud dan Imam Muslim. Kedua, Mundzir bin Malik, tsiqah, ada yang bilang dia itu tsiqah yukhthi’. Tapi, byk yg men-tsiqah-kannya. Ketiga, Abu Raja’ al-Khurasaniy, Ibnu ‘Adiy mengatakan bahwa dia itu mustaqimul-hadits (hadits2nya lurus), tapi dia ikhtilath seraya bersumpah atas nama Allah. Muhammad bin Sa’d al-Katib al-Waqidiy mengatakan dia itu tsiqah insya Allah, tapi di akhir hidupnya, dia ikhtilath. Keempat, Abbad bin Katsir. Banyak ulama melemahkan dia, sampai2 an-Nasa’i mengatakan dia itu matruk (ditinggalkan, entah karena dia pernah berbohong atau ap). Abu Hatim ar-Razi mengatakan dlm hadits-nya ada yg diingkari. al-Jurairiy, Abdullah bin Waqid, dia itu tsiqah, tapi ada yg menganggapnya “laa ba’sa bih”. Asbath, Sufyan ats-Tsauri melemahkannya, tapi, masih ada pula yg mengatakan dia tsiqah. Sy sendiri masih berharap, semoga hadits ini masih bisa masuk peringkat hasan sanad-nya dari sisi Ibnu Abid-Dunya.

Apa itu ghibah/gosip? Ada sebuah hadits, ykni:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «هَلْ تَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ: أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
Tlh menceritakan kpd kami Yahya bin Ayyub, tlh menceritakan kpd kami Isma’il bin Ja’far, tlh memberi kabar kpd kami al-‘Ala’ bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah RA, bhw Nabi SAW menyabdakan, “Kalian tahu, apa itu ghibah?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW menyabdakan, “Engkau menyebut-nyebut hal2 yg tdk disukai olehnya (di belakang dia).” Dikatakan kpd Nabi SAW, “Bagaimana klo hal itu memang benar adanya?” Nabi SAW menjawab, “Kalau memang itu benar adanya, maka sungguh kau sdh mengghibahnya. Tapi, klo itu bohong, kau sdh memfitnahnya.”

(HR Ibn Abid-Dunya dlm “Dzammul-Ghibah” no.67; Ibn Abi-Syaibah dlm “Mushannaf”-nya no.24591; Abusy-Syaikh dlm “At-Taubikh wat-Tanbih” no.183; Ibnu Wahab dlm “al-Jami”-nya no.412 scara marfu’ dan no.294 scara mursal; Isma’il bin Ja’far dlm “Haditsu Isma’il bin Ja’far” no.250, shahih)

Akan sy terangkan dosa bergibah/bergosip d bwh ini:

Allah Berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yaang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Hujurat, [49]:12)

Adapun asbabun-nuzul ayat ini -sebagaimana dikutip oleh Tafsir Departemen Agama RI:Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abu Mulaikah menceritakan, bahwa ketika penaklukan kota Mekah Bilal langsung naik ke atas Kabah kemudian mengumandangkan suara azan, sebagian orang-orang ada yang mengatakan, “Apakah hamba sahaya yang hitam ini berani azan di atas Kabah?” Sebagian dari mereka mengatakan, “Jika Allah murka, niscaya Dia akan mencegahnya.” Lalu Allah swt. menurunkan firman-Nya, “Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan…” (Q.S. Al Hujurat, 13) Ibnu Asakir di dalam kitab Mubhamat mengatakan, “Aku telah menemukan di dalam manuskrip yang ditulis oleh Ibnu Basykuwal, bahwa Abu Bakar bin Abu Daud mengetengahkan sebuah hadis di dalam kitab tafsir yang ditulisnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Hindun. Rasulullah saw. memerintahkan kepada Bani Bayyadhah supaya mereka mengawinkan Abu Hindun dengan seorang wanita dari kalangan mereka. Lalu mereka menjawab, “Wahai Rasulullah! Apakah pantas bila kami menikahkan anak-anak perempuan kami dengan bekas hamba sahaya kami?” Lalu turunlah ayat ini. Yg jls, smoga dapatlah diambil hikmah dari asbabun-nuzul ayat tersebut, sy kira masih bisa dihubungkan dgn hadits yg paling atas sy sebutkan.

Ada sebuah hadits yg menjelaskan ttg azab dari menggosip:
حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَتَّابٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْقُدُّوسِ أَبُو الْمُغِيرَةِ ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ بِأَظَافِيرِهِمْ ، فَقُلْتُ : يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلاءِ ؟ قَالَ : هَؤُلاءِ الَّذِينَ يَغْتَابُونَ النَّاسَ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ ” .
Tlh menceritakan kpd kami Abubakr Muhammad bin Abu ‘Attab, tlh menceritakan kpd kami Abdul-Quddus Abul-Mughirah, dari Shafwan bin ‘Amr, dari Abdurrahman bin Jubair, dari Anas bin Malik RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada wktu mlm sy di-isra’-kan, sy melihat ada suatu kaum yg mencakar muka mereka sendiri dgn kuku tembaga mereka. Lantas, sy bertanya kpd Jibril, ‘Wahai Jibril, siapakah mereka itu?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah kaum yg suka menggosipkan manusia dan merendahkan harga diri mereka.'”

(HR Ibn Abid-Dunya dlm “Dzammul-Ghibah” no.26; al-Khara’ithiy dlm “Masawi’ul-Akhlaq no.187; Adh-Dhiya’ dlm “Ahadits al-Mukhtarah” no.2066; ath-Thabrani dlm “Mu’jam al-Ausath” no.8 dan “Musnad asy-Syamiyyin” no.914; Abu Daud dlm “Sunan”-nya no.4237; Imam Ahmad bin Hanbal dlm “Musnad Ahmad bin Hanbal” no.13088, shahih)

(Akan dilanjutkan, Insya Allah)

Tinggalkan komentar