Bintang yang Terbaring di Pangkuanku

Puisi kami sederhana
terhadap kenyataan dunia
Kami apa adanya
Ini gelora terus ada, terus ada

Tentang bintang yang menggamit-kokoh jarinya di atas tanganku
Sementara ia terbaring lesu di pangkuanku
Ia ‘pun sudah tertidur, sementara senyum-bekunya itu…
Ya, senyum-bekunya yang fana itu seakan tak mau berlalu…
Padahal mukanya sudah berada di ambang-pikul derita
Angin belum berseru lantang seakan berkabung dlm sunyi
seakan kemalangannya itu hendak bercerita pula kepadaku
“Aku ini kecil
Aku tersesat jauh dari ibuku
Aku hilang di neg’ri yang jauh, tapi benarlah ak bukan pengembara”
Deritanya habis dlm kelam-kematian, yang tersampai pula dia ke ujung jalan
Jalan panjang itu dia lalui dengan tertatih, dgn keseduan yg saling bermuka-muka

Tapi, sekali2 ak tak pernah merasai takut
Aku ttp berjln melewati gugusan hari2 sepi
Hidup harus tetap kujalani dgn ikhlas
Hari2 ttp kujelang
Walau kelam, dan pahit kutelan
Terhadap itu, sekali2 aku tak prnh merasai takut

-Abdullah Mahdi van de Venter
Ditulis: 26 Agustus 2014 M/2 Dzulfaidah 1435 H.