Kisah Meninggalnya Nabi Muhammad SAW dan Ketabahan Abubakr ash-Shiddiq RA

Pada kesempatan kali ini -Alhamdulillah- sy masih diberi kesempatan ‘tuk menulis d blog “sederhana” ini. Bisa didapat dari kitab “Hilyatul-Auliya’ wa Thabaqaatul-Ashfiyaa'” [1/29].

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ خَلَّادٍ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مِلْحَانَ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ عَقِيلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ، رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَرَجَ حِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعُمَرُ يُكَلِّمُ النَّاسَ فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ فَأَبَى عُمَرُ أَنْ يَجْلِسَ , فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ فَتَشَهَّدَ فَقَالَ: ” أَمَّا بَعْدُ , فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ , وَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ اللهَ فَإِنَّ اللهَ حَيُّ لَا يَمُوتُ , إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: {وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ} [آل عمران: 144] الْآيَةَ ” قَالَ: وَاللهِ لَكَأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْزَلَ هَذِهِ الْآيَةَ حَتَّى تَلَاهَا أَبُو بَكْرٍ , فَتَلَقَّاهَا مِنْهُ النَّاسُ كُلُّهُمْ , فَمَا نَسْمَعُ بَشَرًا مِنَ النَّاسِ إِلَّا يَتْلُوهَا قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: وَاللهِ مَا هُوَ إِلَّا أَنْ سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ تَلَاهَا فَعَقَرْتُ حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلَايَ , وَحَتَّى أَهْوَيْتُ إِلَى الْأَرْضِ وَعَرَفْتُ حِينَ سَمِعْتُهُ تَلَاهَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ مَاتَ قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللهُ: وَكَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ يَتَوَصَّلُ بِعِزِّ الْوَفَاءِ إِلَى أَسْنَى مَوَاقِفِ الصَّفَاءِ , وَقَدْ قِيلَ: ” إِنَّ التَّصَوُّفَ تَفَرُّدُ الْعَبْدِ بِالصَّمَدِ الْفَرْدِ

Tlh bercerita kpd kami Abubakr bin Khallad, tlh bercerita kpd kami Ahmad bin Ibrahim bin Milhan, tlh bercerita kpd kami Yahya bin Bukair, dia bilang, “Tlh bercerita kpd kami Laits bin Sa’ad, dari ‘Uqail, dari Ibn Syihab, dia bilang, “Tlh memberi kabar kpd kami Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari Ibn ‘Abbas, bahwa Abubakr Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu keluar sewaktu meninggalnya Nabi Muahmmad SAW dan Umar berpidato kpd org2, dan berkatalah Abubakr RA, “Duduklah, wahai Umar!” Tapi, Umar mengabaikan [perintah Abubakr] untuk duduk, lalu berkatalah Abubakr stlah berucap syahadat. “Amma ba’du! Maka, apabila di antara kalian menyembah Muhammad, sungguh dia tlah meninggal, dan barangsiapa di antara kalian menyembah Allah, sesungguhnya Dialah Yang Maha Hidup, Kekal. Sesungguhnya Allah Ta’ala Berfirman, ‘Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur’. (QS Ali Imran [2]:144].'” Ibn Abbas berkata, “Demi Allah, [pada saat itu] org2 [yg mendgr pembacaan ayat itu] seakan-akan tdk pernah tahu bhw Allah Menurunkan ayat ini sampai Abubakr membaca ayat ini, sekumpulan manusia itu menerimanya, maka kami [Ibn Abbas] tdklah mendgr org dari kalangan manusia membaca ayat ini hingga dia membacanya.” Ibnu Syihab berkata, “Tlh bercerita memberi kabar kpdku Sa’ad bin Musayyab, bhw Umar bin Khattab RA berkata, ‘Demi Allah, tdklah dia kecuali sy mendgr Abubakr membaca ayat itu dan ak tahan kedua langkah kakiku, hingga saya duduk di tanah dan sy mengenalinya hingga sy mendgr dia membacanya bhw Rasulullah SAW tlh meninggal dunia. Tlh berkata syaikh (guru sy, -ykni Abubakr bin Khallad -penterjemah), “Abubakr RA melanjutkan [perjuangan Islam] dgn penuh kemuliaan pd tahun2 penuh ketenangan.” Tlh dikatakan kpd-nya bahwasanya, “Sesungguhnya tasawwuf itu adalah seorang hamba yg menyendiri dgn Tuhannya, yg kita bergantung hanya kpd-Nya.”

Analisa hadits
Abubakr bin Khallad, guru dari Abu Nuaim adalah seorg yg tsiqah, menurut adz-Dzahabi -dia mengatakan dlm “Tarikh al-Islam, “seorg syaikh, muhaddits musnad Baghdad” (sebagaimana dlm “Mausu’ah al-Hadits”)-, dan pernah belajar dari Abu Ishaq al-Harbi (pengarang “Gharibul-Hadits”) dan Abubakr al-Qathi’i. Sementara itu, guru dari Abubakr bin Khallad -Ahmad bin Ibrahim bin Milhan- juga seorg yg tsiqah, menurut imam al-Hakim dan Daruquthni, bahkan dia juga menurut adz-Dzahabi adalah seorg yg tsiqah mutqin. Sementara itu, Yahya bin Bukair juga seorang yg tsiqah, dan termasuk perawi Imam Bukhari. Ada yg mengatakan bhw beliau ini adalah seorg yg tdk tsiqah, namun ada yg mengatakan bhw beliau ini dha’if. Ibn Hajar al-Asqalani mengatakan, “(Apa yg dia riwayatkan) dari Laits itu tsiqah, namun (apa yg diriwayatkan dia) dari Malik, itu dibicarakan.” Abu Ya’la al-Khalili dlm hal ini mengomentari, “Dia tsiqah, tapi periwayatannya dari (Imam) Malik itu menyendiri.” Oleh karenanya, Yahya bin Ma’in berkomentar pasal ini, “Dia itu tdk ada apa-apanya (laisa bisyai’in) pada periwayatan Ibn Mahraz, dia mengatakan, ‘Dia saja tdk bagus dlm penyimakan dari pembacaan Ibn Wahb, bagaimana pula dia membaca al-Muwaththa’?'”

Namun, dari sini, kita lihat, bhw Yahya bin Bukair mengambil periwayatan dari Laits bin Sa’ad, artinya, dari sini, dia tsiqah dlm meriwayatkan hadits ini. Demikianlah kesimpulan dari periwayatan Yahya bin Bukair, baik kita lanjutkan terhadap gurunya, Laits bin Sa’ad. Check it out! Laits bin Sa’ad, juga seorg yg tsiqah, dan hafizh dlm hadits, serta dia juga seorg yg diriwayatkan pula oleh Syaikhain. Sementara itu, ‘Uqail, ykni ‘Uqail bin Khalid bin ‘Uqail al-Ailiy Abu Khalid al-Umawi Maula ‘Utsman bin ‘Affan, juga seorg yg tsiqah menurut an-Nasa’i, Ishaq bin Rahawaih, Abu Zur’ah menilainya tsiqah shaduq, dan Abu Ja’far al-‘Uqailiy menilainya shaduq (benar, jujur maksudnya), tapi hadits2 az-Zuhri diriwayatkannya dgn menyendiri atau tafarrud. Ibnu Syihab adalah seorg tsiqah, dan menurut penilaian Muhammad bin Katib al-Waqidiy adalah seorg yg byk hadits-nya, dan juga byk mengenal fiqih. Abu Dawud bahkan mengenalinya sebagai “org yg terbaik dlm [ilmu] hadits.” Yg jls, dia dikenal tsiqah oleh byk peng-analisis hadits. Abu Salamah bin Abdurrahman, yg diberi kuniyah “Abu Salamah” ini nama aslinya -dikatakan adalah: ada yg bilang, Abdullah, ada juga yg bilang Isma’il. Tapi, yg umum adalah Abdullah bin Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abbad (‘Auf) bin al-Harits bin Zahrah. Bukhari-Muslim juga meriwayatkan hadits darinya. Banyak ulama mengenalinya sebagai org yg tsiqah, faqih (mengerti ilmu fiqih), dan byk hadits-nya. Abu Zur’ah, Ibn Hajar al-Asqalaniy, Ali ibn al-Madini, dan Yahya bin Ma’in -kesemua tokoh2 ilmu hadits yg besar itu- mengenali org ini sebagai tokoh yg tsiqah. Dia ini juga termasuk tabi’in yg berumur panjang, kelahiran 22 H, dan meninggal pd tahun 94 H. Jadi, klo dinilai, hadits ini shahih. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah semata, Rabb atas seluruh alam!

Periwayatan Hadits dari Sisi Bukhari
Adalah Imam al-Bukhari meriwayatkan hadits ini dgn metode mu’allaq, ykni seperti ini:
قَالَ الزُّهْرِيُّ: وَحَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَبَا بَكْرٍ خَرَجَ وَعُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ يُكَلِّمُ النَّاسَ فَقَالَ: اجْلِسْ يَا عُمَرُ………. (dst.)
Tlh berkata Zuhriy, “tlh bercerita kpd-ku Abu Salamah, dari Abdullah bin Abbas, bhw Abubakr keluar sewaktu meninggalnya Nabi Muahmmad SAW dan Umar berpidato kpd org2, dan berkatalah Abubakr RA, “Duduklah, wahai Umar!”…… (dst) [al-Bukhari dlm “Shahih”-nya, 6/13; hadits no.4454]

Namun demikian, dlm hal ini Imam al-Bukhari menggunakan kata2 shighat jazm (udah pasti), sehingga boleh dikatakan bhw s’kalipun mu’allaq, hadits ini ttp shahih. Apalagi klo digabung dgn hadits riwayat Abu Nuaim d atas.

Hikmah dan Kesimpulan
Di balik suatu kejadian, pasti ada suatu hikmah baik yg tersirat maupun yg tersurat. Abubakr RA, khalifah yg pertama ini adalah org yg paling kuat menahan kesedihan sewktu meninggalnya Rasulullah SAW, dia membaca Surah Ali Imran [2]:144, scara keseluruhan. Org2 yg mendgrnya seakan-akan mereka baru tau klo ayat itu pernah diturunkan Allah Azza wa Jalla, hingga Abubakr membaca itu ayat. Masya Allah! Abubakr-lah yg melanjutkan “tongkat estafet” dlm pembangunan Islam. Sepatutnya kita bersyukur ada org2 hebat dlm Islam, ykni sahabat2 Nabi SAW yg melanjutkan perjuangan Islam. Kelihatan dari sini, dapatlah kita tarik kesimpulan bhw Abubakr adalah seorg yg paling kuat semasa meninggalnya Nabi SAW.

Demikianlah risalah analisa hadits yg sy tulis ini, subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu allaa ilaa ha illa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik. Wabillaahi taufiq wal hidaayah, wassalamu alaikum wr.wb.

Referensi penting
1. http://library.islamweb.net/hadith/RawyDetails.php?RawyID=10765

Tertanda

Abdullah Mahdi Amin di Pontianak,
Selasa Tenang sebelum Pencoblosan, 16 Jumadil-Awal 1435 H/8 April 2014 M.