Kisah tentang Keledai yang Hidup Dua Kali

Bismillah, walhamdulillah.

Pertama2, marilah kita brucap syukur ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla, karena berkat Rahmat-Nya, sy pribadi bisa menulis ilmu yg ‘kan sy nukil dari kitab muhaddits ternama, atau muhaddits mu’addib (yg beradab) yg bernama Abubakr Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin al-Qais al-Baghdadiy al-Qurasyiy al-Umawiy atau yg dikenal dgn Ibnu Abid-Dunya (208-281 H).

Man ‘Aasya ba’dal-Maut

Sy akan memberikan sedikit review trhdp kitab ini. Sbagaimana yg kita ketahui, Ibn Abid-Dunya adalah seorg muhaddits yg beradab. Man ‘Aasya ba’dal Maut, atau yg kurang lebih artinya “Mereka yang Hidup setelah Mati”. Dia mengarang byk skali kitab2 ttg adab, dan akhlak. Yg ad d shamela.ws, berjumlah 60 kitab lebih kurang. Sementara asliny, dia mengarang byk skali kitab, hingga yg ad d shamela.ws itu kabarny baru sepertiga saja. Kalau memang berita ini benar, artinya kitab2 hadits beliau ada 180-an. Man ‘Aasya ba’dal Maut adalah salah satu kitabny yg masih ada. Kitab ini byk menceritakan kisah2 ttg kehidupan stlh kematian, ad sanad yg shahih, hasan, atau bahkan dha’if dlm kitab ini, dihitung dari hadits dan atsar yg ad d sana. Ini memberi kita artian, bhw kehidupan stlh kematian itu ad, bahkan penulis pribadi (Abdullah) mengira2 bhw sebenarnya mati suri itu jgn2 udh lama ada, semenjak jmn Nabi SAW mungkin sdh ada. Penulis juga berpikir, jgn2 Ibnu Abid-Dunya hndk memberikan pesan2 keimanan kepada kita lewat kitabnya itu. Seluruh hadits yg terkadung d kitab ini keseluruhannya ad 64 hadits plus atsar.

Analisis Hadits

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ , قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، وَأَحْمَدُ بْنُ بُجَيْرٍ وَغَيْرُهُمَا قَالُوا: نَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، أَنَّ قَوْمًا، أَقْبَلُوا مِنَ الْيَمَنِ مُتَطَوِّعِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَنَفِقَ حِمَارُ رَجُلٍ مِنْهُمْ، فَأَرَادُوا أَنْ يَنْطَلِقَ مَعَهُمْ فَأَبَى، فَقَامَ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى، ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ إِنِّي جِئْتُ مِنَ الدثينةِ مُجَاهِدًا فِي سَبِيلِكِ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ، وَإِنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ تُحْيِي الْمَوْتَى وَتَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ، فَلَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ عَلَيَّ مِنَّةً، وَإِنِّي أَطْلُبُ إِلَيْكَ أَنْ تَبْعَثَ لِي حِمَارِي، ثُمَّ قَامَ إِلَى الْحِمَارِ فَضَرَبَهُ، فَقَامَ الْحِمَارُ يَنْفُضُ أُذُنَيْهِ فَأَسْرَجَهُ وَأَلْجَمَهُ، ثُمَّ رَكِبَهُ فَأَجْرَاهُ، فَلَحِقَ بِأَصْحَابِهِ» فَقَالُوا: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: «شَأْنِي أَنَّ اللَّهَ بَعَثَ لِي حِمَارِي» قَالَ الشَّعْبِيُّ: «فَأَنَا رَأَيْتُ الْحِمَارَ بِيعَ أَوْ يُبَاعُ بِالْكُنَاسَةِ»

Tlh menceritakan kpd kami Abdullah, dia berkata, tlh menceritakan kpd kami Ishaq bin Isma’il, dan Ahmad bin Bujair, keduanya berkata, tlh menceritakan kpd kami Muhammad bin Ubaid, dari Isma’il bin Abi Khalid, dari asy-Sya’biy, bhw sebuah kelompok (melakukan perjalanan) ke arah Yaman dan hendak mengikuti (suatu kegiatan) di jln Allah, maka matilah himar/keledai kepunyaan seseorg d antara mreka, maka d antara mereka ad yg hendak mencari bantuan, tapi mereka menolak. Maka dia (si pemilik himar) itu berwudhu dan lantas shalat, kemudian dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhny sy datang dari Datsinah hendak berjihad d jalan-Mu dan hendak mencari ke-redha-anMu. Dan sy sungguh bersaksi bhw sesungguhnya Engkaulah yg dapat Menghidupkan segala sesuatu yg mati dan Membangkitkan segala sesuatu yg mati. (Maka dari itu), jgnlah Engkau Jadikan salah satu d antara kami berhutang budi kepada org lain, dan sy sungguh berharap agar Engkau Bangkitkan keledaiku ini.” Maka, si keledai kemudian hidup kembali, dan kemudian mengibaskan telinganya, seraya mengekang pelananya, seraya melanjutkan perjalanan mereka, dan segera menyusul akan kawan2nya. Maka, kawan2nya bertanya, “Apa kesulitanmu (yang tadi kau alami yang hingga menyebabkan engkau berhenti)?” Sang pemilik keledai berkata, “Kesulitan sy (yang menyebabkan sy berhenti, telah Diselesaikan Allah) bhw Allah sdh Membangkitkan keledaiku.” Sya’biy berkata, “Maka, sungguh sy melihat itu keledai pernah diperjualbelikan di Kunasah.”

(Atsar ini diriwayatkan oleh Ibn Abid-Dunya dlm “Man ‘Aasya ba’dal Maut” (no.29) tapi, byk perawi majhul d sanad ini. Yang diketahui salah satunya Abdullah, d sini dia adalah ibnu Khairan, dia shaduq menurut adz-Dzahabi. Isma’il bin Abi Khalid bgus haditsnya, dan asy-Sya’biy tsiqah. Tapi dikuatkan oleh atsar ini dibawah ini:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، نَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، نَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ أَبِي سَبْرَةَ النَّخَعِيِّ، نَحْوَهُ

Tlh menceritakan kpd kami Abdullah, tlh menceritakan kpd kami al-Hasan bin ‘Arafah, tlh menceritakan kpd kami Abdullah bin Idris, dari Isma’il bin Abi Khalid, dari Abi Sabrah an-Nakha’iy, semisal hadits d atas. (no.30)

Hanya saja, d kitab Juz ‘Ibn ‘Arafah (no.62), diriwayatkan dgn redaksi yg agak pendek, ykni:  فقام فتوضأ ثم صلى ركعتين (Kemudian dia berwudhu dan kemudian dia shalat 2 raka’at.), dan Ibn ‘Arafah cuma mengambil redaksi hingga kata “mengibaskan telinganya” saja.

Takhrij

Hadits ini dikeluarkan pula dlm “Mujaabud-Da’awat” (49) karangan Ibn Abid-Dunya, al-Baihaqi dlm “Dala’ilun-Nubuwwah” (6/48), al-Khathib al-Baghdadiy dlm “Al-Asma’ wal-Mubhamah“, al-Qusyairiy dlm “Ar-Risalah” sh.135, Abubakr al-Anshari dlm “Ahadits asy-Syuyukh” (3/1107, hadits no.516), dan adz-Dzahabi dlm “Tadzkiratul-Huffazh” (1/207) dari jalur Hasan bin ‘Arafah. Selain daripada itu, Ibn Abid-Dunya mengambil periwayatan dari Muslim bin Abdullah bin Syarik an-Nakha’iy, no.31 sbagai syahid pula, dan dari jalur ini, al-Khathib al-Baghdadiy mengambil periwayatan.

Kedudukan Isnad

Al-Baihaqiy dlm Dala’il (6/48 -silakan tengok shamela.ws) dari jalur Ibn Abi Sabrah, mengatakan hadits ini isnadnya shahih, dan memang seluruh isnad al-Baihaqi shahih. Ibn Katsir menukil pernyataan al-Baihaqi yg menyatakan isnad ini shahih. Sy menengok d dlm isnad Ibn Abid-Dunya, ada Abdullah bin Khairan, dan dia dikatakan bhw dia shaduq wahm  (jujur, tapi ada keraguan). Mudah2an, dgn isnad Hasan bin ‘Arafah, jadilah isnad kepunyaan Ibn Abid-Dunya jadi hasan -Insya Allah.

Hikmah yg Bisa Kita Ambil

Atsar atau kisah ini bisa kita ambil pelajaran bhw Allah itu Maha Menghidupkan dan Maha Kuasa atas sgala ssuatu. Dia bisa Membangkitkan siapapun yg tlh mati. Smoga kita bisa lebih arif dan bijaksana menghadapi kisah2 sprti ini. Sdh sepatutnya, kita juga mengambil pelajaran dari kisah seperti ini. Yah, kurang lebih kisah seperti ini juga ada dlm kisah2 mati suri.

Referensi

* http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=210607 dari ahlalhadeeth, diakses pada 13 Juni 2014/15 Sya’ban 1435 H.

Wallahu A’lamu bish-Shawab. Smoga, bahasan sy ini bermanfaat ‘tuk meningkatkan keimanan kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Pada akhirnya, sy berucap syukur: Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, sgala puji bagi Allah, Tuhan sluruh alam!

Tertanda

Abdullah, di Pontianak yg cerah, Kamis, 13 Juni 2014 M/15 Sya’ban 1435 H.

Tinggalkan komentar