Ingat 5 Perkara Sebelum 5 Perkara

Bismillah, walhamdulillah.

Sesungguhnya segala puji hanya kpd Allah Semata, kita semua memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kami meminta perlindungan kpd-Nya dari segala keburukan yg kami lakukan. Barangsiapa yg tlh diberi petunjuk-Nya, maka tiada yg bisa menyesatkan org itu. Maka, barangsiapa yg disesatkan-Nya, maka tiada yg dapat memberi petunjuk kpd org itu. Sy bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan sy juga bersaksi Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya.

Amma ba’du.

Pertama2, sy berucap syukur kpd Allah, Tuhan kita semua Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Karena berkat rahmat-Nya, sy bisa menulis takhrij hadits kembali. Langsung saja.

Ingat 5 Perkara, Sebelum 5 Perkara
Sesungguhnya sy pernah mendengar lagu Demi Masa karangan grup band Islam Raihan -Malaysia, di salah satu liriknya tersebut:

Ingat 5 perkara, sebelum 5 perkara
Sehat, sebelum sakit
Muda, sebelum tua
Kaya, sebelum miskin
Lapang, sebelum sempit
Hidup, sebelum mati

Lirik ini agak berkesan di hati sy, sebab berkesesuaian dengan hadits ini -cuma agak dibalik sedikit:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرِمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ” .
Ingatlah 5 perkara sebelum 5 perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, lapangmu sebelum sempitmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.

Baik, sy takhrij hadits ini. Hadits ini ditakhrij oleh Waki’ bin Jarrah dlm kitab “az-Zuhd” (7), Ibnul-Mubarak no.2, dan dari jalur Waki’, Ibnu Abi Syaibah dlm “Mushannaf” (2/2/234), dan Abu Nuaim al-Ashbahani (4/148) men-takhrijnya. Baihaqi dlm “Syu’abul-Iman” (2/3/240), dan al-Khathib al-Baghdadi mengeluarkan hadits ini dlm “Iqtidha’ al-‘Ilmu al-‘Amal” (hal.101, hadits no.170), dan kesemuanya dari Ja’far bin Burqan, dari Ziyad bin al-Jarrah, dari ‘Amru bin Maimun al-Audiy, secara mursal. Kesemua perawinya tsiqah, terkecuali Ja’far bin Burqan, beliau shaduq (jujur) kecuali dia wahm (ragu) pada hadits az-Zuhri. Sehingga, bisa dikatakan sanad hadits ini mursal hasan.

Sungguhpun begitu, hadits ini diperkuat dari jalur Ibnu Abid-Dunya dlm “Qashrul-Amal” (no.111), dan al-Hakim dlm “Mustadrak”-nya (no.7914), keduanya berasal dari jalur Abi Hind, dari Abdullah bin Abbas, dengan redaksi sama. Cuma saja, pada jalur Ibnu Abid-Dunya ditemukan Abdullah bin al-Mubarak. Imam Hakim berkata, “shahih dengan syarat syaikhain, dan tidak dikeluarkan keduanya.” Imam adz-Dzahabi mendiamkan periwayatannya, dan al-‘Iraqi (4/443) berkata, “Isnad hadits ini hasan”.

Ada beberapa atsar yg bisa memperkuat hadits ini, sehingga bisa dikatakan hadits ini shahih li ghairih:
dari Ghinam bin Qais, dia berkata,
كُنَّا نَتَوَاعَظُ فِي أَوَّلِ الإسْلامِ بِأَرْبَعٍ ، كُنَّا نَقُولُ : ” اعْمَلْ فِي شَبَابِكَ لِكِبَرِكَ ، وَاعْمَلْ فِي فَرَاغِكَ لشُغْلِكَ ، وَاعْمَلْ فِي صِحَّتِكَ لِسَقَمِكَ ، وَاعْمَلْ فِي حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ ” .
Pada masa2 awal perkembangan Islam, kami saling menasehati sesama-kami dgn 4 perkara, kami berkata, “Beramallah selagi engkau muda sebelum engkau tua, beramallah di masa luangmu sebelum masa sempitmu, beramallah selagi engkau sehat sebelum engkau sakit, dan beramallah selagi engkau masih hidup, sebelum engkau mati.

Atsar ini ditakhrij oleh Ibnul-Mubarak (no.3), Abdullah bin Ahmad dlm “Zawa’id az-Zuhd” (246), Abu Nuaim dlm “Hilyatul-Auliya'” (6/200), Hannad bin as-Sariyyi dlm “az-Zuhd” (no.489), serta al-Khathib al-Baghdadi dlm “Iqtidha'”-nya, dengan lafazh permulaan, “(Wahai) anak manusia (Ibnu Adam)……… (dst, dst)”. Tengok “Ishabah” (3/193) ‘tuk tahu siapa Ghinam bin Qais. Kesemua sanadnya berasal dari Abi Salil, dari Ghinam bin Qais.

Kedua, dari Abi Nadhr al-Mundzir bin Malik, ditakhrij Abu Nuaim (3/97), dengan redaksi serupa, cuma permulaannya, “Kami saling-menasehati dlm Islam dgn 4 perkara……… (dst, dst)”.

Ketiga, ditemukan dlm “Ziyadah Yahya bin Sha’id dlm az-Zuhd Ibnul-Mubarak” (no.3), ditemukan dari Isra’il, dari Abi Ishaq, dari ‘Amru bin Maimun, dia berkata,
اعْمَلُوا فِي الصِّحَّةِ قَبْلَ الْمَرَضِ، وَفِي الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَوْتِ، وَفِي الشَّبَابِ قَبْلَ الْكِبَرِ، وَفِي الْفَرَاغِ قَبْلَ الشُّغْلِ
Beramallah dlm sehatmu sebelum kau sakit, selagi engkau hidup sebelum engkau mati, di masa mudamu sebelum engkau tua, dan dlm wktu luang sebelum engkau ditimpa kesibukan.

Dlm Ziyadah Nu’aim bin Hammad, atsar ini dikeluarkan pada no.4.

Keempat, bhw dari Muhammad bin Wasi’, dia berkata, bhw Abu ad-Darda’ pernah menulis surat kpd Salman al-Farisi,
أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، قَالَ: أَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ، ثنا هَيْذَامُ بْنُ قُتَيْبَةَ الْمَرْوَزِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ كُلَيْبٍ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، ثنا مُطْعِمُ بْنُ الْمِقْدَامِ الصَّنْعَانِيُّ، وَغَيْرُهُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ وَاسِعٍ الْأَزْدِيِّ، قَالَ: كَتَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ، إِلَى سَلْمَانَ: ” مِنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ إِلَى سَلْمَانَ: يَا أَخِي اغْتَنِمْ صِحَّتَكَ وَفَرَاغَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَنْزِلَ بِكَ مِنَ الْبَلَاءِ مَا لَا يَسْتَطِيعُ أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ رَدَّهُ عَنْكَ ”
Tlh memberi kabar kpd kami al-Hasan bin Abi Bakr, dia berkata, tlh mengabarkan kpd kami ‘Utsman bin Ahmad ad-Daqqaq, tlh menceritakan kpd kami Haidzam bin Qutaibah al-Maruziy, tlh menceritakan kpd kami Muhammad bin Kulaid, tlh menceritakan kpd kami Isma’il bin ‘Ayyasy, tlh menceritakan kpd kami Muth’im bin al-Miqdaam ash-Shan’aniy dan selainnya, dari Muhammad bin Wasi’ al-Azdiy, dia berkata, “Abu ad-Darda’ menulis kpd Salman, ‘Dari Abu ad-Darda’ kpd Salman, ‘Wahai saudaraku, ingatlah masa sehatmu dan masa engkau luang waktu (dan janganlah berleha-leha dlm beramal), sebelum datang kepadamu bala’ (ujian) yang tiada seorangpun dari kalangan manusia dapat mencegahnya (yakni kematian)’.'”

(Atsar riwayat al-Khathib al-Baghdadi dlm “Iqtidha’ al-‘Ilmu al-‘Amal”, halaman 103-104, hadits no.176.)

Atsar ini -bagi diri sy pribadi, memang bagus. Riwayat Isma’il bin ‘Ayyasy dari Muth’im memang shahih, dikarenakan Muth’im adalah ash-Shan’aniy, yakni di Syam. Lagipula, dikatakan riwayat Ibnu ‘Ayyasy dari org Saym memang shahih; lagipula, Muth’im adalah Syami shaduq (org Syam yg jujur). Tapi, sungguhpun begitu, ada ‘illat atau cacat yang tak bisa dihindari dlm sanad hadits ini: terjadi inqitha’, atau keterputusan sanad atsar. Muhammad bin Wasi’ tak pernah bertemu dgn Abu ad-Darda’ ataupun dengan Salman R.huma, beliau masuk ke thabaqah atau tingkatam ke-5 (“Tahdzib at-Tahdzib”, 10/176). Sehingga sanad ini dha’if atau lemah.

Kesimpulan Sanad
Sy mengutip kitab “az-Zuhd” karangan Waki’ bin Jarrah (1/224), seorang muhaddits yg tsiqah, yang sudah ditahqiq Abdurrahman Abdul Jabbar al-Fariwa’i, diterbitkan Maktabah ad-Daar, di Madinah -tahun 1984, bhw dia mengatakan hadits ini shahih li ghairih, yakni shahih dengan bantuan sanad2 lain. Sy punya buku itu dlm bentuk pdf, dan sy sangat berterima kasih kpd pentahqiq -semoga slalu dibawah lindungan Allah SWT. Keputusan beliau sy kira sudah tepat, sebab sanadnya punya sifat kedha’ifan yang ringan, yakni cuma putus sanad dan itupun punya pendukung dari jalur2 lain, baik berupa dari sisi hadits, dan punya atsar yg shahih pula dan menguatkan. Insya Allah, shahih li ghairih, Wallahu A’lamu bish-Shawab.

Selesai di Pontianaksch Residentie, 5 Agustus 2014 M/8 Syawal 1435 H.

Tertanda
Abdoellah Mahdi van de Venter.

Semoga bahasan sy ini -yang sy sarikan sedikit dari kitab2 hadits bisa menambah kefahaman kita dlm akhlak2 baik dlm Islam, dan meningkatkan keimanan kita. Wa billahi taufiq wal hidaayah, wassalamu alaikum wr.wb.

Fitnah Dunia

Bismillah

Sy sdh lama ndak nulis d blog ini, ‘yah? Wah, tak terasa tangan ini hendak “menggila dan menggatal” (?) Rasanya, mau nulis lagi. Kini, sy ‘kan nulis semacam risalah kecil yg mengupas suatu hadits dan sy munculkan kpd anda skalian dgn judul/tajuk “Fitnah Dunia”. Sl lebih ke arah analisis musthalahul-hadits dan hendak memberitahukan hikmah yg ‘kan sy tuliskan d blog sy ini.

لكل أمة فتنة , وفتنة أمتي المال

“Tiap2 umat itu pasti ada fitnahnya. Dan fitnah di umatku ini adalah harta (dunia).” 

(HR Ibn Abid-Dunya dlm “Ishlaahul-Maal”, no.12; diriwayatkan pula oleh Imam Tirmidzi dlm “Sunan”-nya [4/569]; Ibn Sa’ad dlm “Thabaqat al-Kubra” [7/197]; Hakim dlm “Mustadrak”-nya [4/315]; Ibn Hibban dlm “Shahih Ibnu Hibban” [8/17]; Hadits ini semuanya berasal dari beberapa jalur yg diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Shalih, dari Abdurrahman bin Jabir, dari ayahnya, dari Ka’ab bin ‘Iyadh, dan hadith ini shahih. Kata Imam at-Tirmidzi, “Hadits ini hasan gharib, dan tidaklah kami mengenali hadits ini kecuali dari jalur Mu’awiyah bin Shalih.

Hadits ini mempunyai riwayat dari shahabat Ubadah bin Shamit, diriwayatkan oleh Abu Thahir dlm “Tsalits wa Tsalaatsun min Masyiikhah al-Baghdadiyyah”, akan tetapi hadits ini bercela, dan dha’if mengingat Ibrahim bin Nashr itu majhul, dan Muhammad bin Mu’awiyah itu dinilai matruk, dha’if, dan haditsnya itu tiada diikuti. Sehingga, pun dgn adanya hadits riwayat Abu Thahir ini, hadits dri jalur ini dha’if dan tdk bisa dijadikan syahid)

Hadits ini memberi kepastian kpd kita, bhw Umat Muslim itu fitnahnya berasal dari harta, karena harta, kita bisa berselisih. Karena itu pula, ada yg saling membunuh, atau saling berperkara. Mudah2an, Allah Memudahkan kita menghadapi fitnah dunia dgn berzuhud diri.

Coba perhatikan atsar sahabat di bawah ini:
حَدَّثَنَا حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّظْرِ , حَدَّثَنَا شَيْبَانُ , عَنْ هِلالٍ , عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى , عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ , أَنَّهُ ذَكَرَ الدُّنْيَا ، فَقَالَ : ” أَلْزِقُوهَا بِأَكْبَادِكُمْ , فَوَاللَّهِ لا تَصِلُونَ إِلَى الآخِرَةِ بِدِينَارٍ وَلا دِرْهَمٍ , وَلَتَتْرُكُنَّهَا عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ ، وَفِي بَطْنِهَا كَمَا تَرَكَهَا مَنْ قَبْلَكُمْ , فَتَنَاحَرُوا عَلَيْهَا تَنَاحُرَكُمْ , وَتَذَابَحُوا تَذَابُحَكُمْ , وَلَتُذْهِبَ دِينَكُمْ وَدُنْيَاكُمْ ” .

Tlh bercerita kpd kami Hasan bin Shabbah, tlh bercerita kpd kami Abu an-Nazhr, tlh bercerita kpd kami Syaiban, dari Hilal, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Abu Mas’ud al-Anshari, bahwasanya manakala dunia disebut-sebut di sisinya, lantas dia berkata, “Sandingkanlah dunia ke dlm hati kalian -maka demi Allah- kalian tdk akan sampai (maksudnya:datang) ke akhirat dgn membawa dinar atw dirham, kalian pasti akan meninggalkan itu semua di atas permukaan bumi dan di bwhnya. Silahkan kalian berselisih, silahkan kalian saling melakukan tipu-daya [akan tetapi, ingatlah] bahwa karena itu semua akan merusak agama dan dunia kalian.”

(HR Ibnu Abid-Dunya dlm “Ishlaahul-Maal” no.19 dan Imam Ahmad dlm “Az-Zuhd” no.1041, adapun atsar shahabat ini shahih)

Abu Mas’ud saja berhati-hati menghadapi dunia, karena saking zuhudnya dia. Ingatlah atsar shahabat ini yg mengingatkan kita bhw karena dunia, dunia dan agama kita bisa menjadi rusak. Oleh sbab itu, kita juga hrus ingat bhw harta itu tiada yg kekal, kita pasti akan meninggalkannya di dunia, dan hanya amal yg saleh-lah yg kita bawa jadi bekal ‘tuk akhirat kita.

Disarikan dri my status d fb, dripd hrus mubadzir, demikianlah. Smoga tulisan sy yg singkat ini bisa mengingatkan kita trhdp fitnah dunia, dan supaya kita bisa berhati-hati terhdp dunia dan zuhud terhadap fitnah dunia. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadulla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik. Wa billahi taufiq wal hidaayah, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.